IHSG 'Longsor' 1,7 Persen dalam 3 Hari, Bursa Ungkap 7 Faktor Penyebabnya
KORPORAT.COM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang tidak baik-baik saja. Dalam tiga hari terakhir atau sepanjang April 2024, IHSG longsor 1,7% dari 7.288,81 pada 28 Maret 2024 ke 7.166,84 per 3 April 2024.
Alhasil, pertumbuhan IHSG secara year to date menjadi minus 1,46%.
Melihat kondisi itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) memaparkan tujuh faktor yang memengaruhi pergerakkan IHSG. Pernyataan ini disampaikan Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy, Rabu (3/4/2024).
Pertama, sidang MK terkait hasil Pemilu semakin memanas. Irvan menjelaskan, hingga saat ini kandidat calon presiden dan wakil presiden Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud masih menggugat kepada MK terkait tudingan politisasi bansos dan APBN yang dilakukan menjelang pemilu 2024.
MK pun setuju untuk memanggil empat menteri kabinet Jokowi, yaitu Menko Perekonomian RI, Menkeu RI, Menko PMK RI, dan Mensos RI.
Saham Pemantauan Khusus Berdampak Kecil, IHSG Tertekan LQ45Faktor kedua terkait berakhirnya stimulus restrukturisasi kredit Covid-19. Ketiga, kata Irvan, masa pembagian dividen perusahaan tercatat yang disertai oleh repatriasi dividen.
Irvan menjelaskan, cum date atau hari terakhir pembelian saham beberapa perusahaan tercatat besar, terutama pada sektor perbankan, jatuh pada Maret 2024. "Antara lain: BBRI (13 Maret), BBNI (14 Maret), BMRI (19 Maret), dan BBCA (22 Maret)," kata Irvan mengungkapkan.
Hingga 26 Maret 2024, Irvan menyebut, saham empat bank tersebut mengalami net buy asing tertinggi sepanjang 2024. Namun, keempat Perusahaan tersebut mengalami penurunan harga yang cukup signifikan pada hari Senin (1/4/2024) ketika IHSG mengalami tekanan lebih dari 2% (dtd).
Di antaranya, BBRI (-2,07%), BBNI (-4,24%), BMRI (-4,83%), dan BBCA (-2,23%). "Pembagian dividen juga diiringi dengan masa repatriasi dividen dari dalam negeri kepada investor asing yang memegang saham dalam negeri. Hal ini turut menjadi faktor pelemahan rupiah," ujar Irvan.
Irvan juga menilai aktivitas transaksi yang cenderung menurun menjelang periode libur panjang. Irvan menjelaskan, tren aktivitas transaksi cenderung menurun khususnya mendekati Libur Lebaran.
"Hal ini dikarenakan adanya peniadaan aktivitas transaksi sejak 8-15 April 2024," katanya.
Tutup Kuartal I, Net Buy Asing Rp26,27 Triliun Bawa IHSG Naik 0,22 PersenKemudian, Irvan juga menyebut adanya faktor technical correction. Dalam hal ini, aksi koreksi terjadi setelah akumulasi kenaikan berturut-turut (rally) yang sempat mendorong IHSG sebelumnya hingga mencetak all time high pada 14 Maret 2024 ke level 7.433,32.
Selain itu, ada juga data inflasi yang naik. Serta tekanan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan pada 2024.
Irvan menyampaikan, rupiah berdasarkan kurs JISDOR terdepresiasi sebesar 3,11% dari akhir 2023 hingga 2 April 2024. Adapun tekanan Rupiah terhadap US$ juga dialami oleh mata uang negara-negara lainnya.
Selain itu, Dollar index (DXY) tercatat naik sebesar 3,44% per 2 April 2024 (YTD).
Di sini, Irvan menilai, pelemahan rupiah terhadap US$ dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain, tren penguatan dolar AS yang dipengaruhi oleh data-data ekonomi AS yang tetap solid di tengah inflasi yang masih tinggi, sehingga kebijakan suku bunga AS diprediksi masih akan ditahan tinggi untuk sementara waktu.
Kemudian, eskalasi ketegangan geopolitik dan volatilitas yang mendorong penguatan dolar AS sebagai salah satu safe haven. Serta masa repatriasi dividen dari dalam negeri.
Komentar (0)
Login to comment on this news