Lebih Lima Dekade, Berjuang Memberantas DBD
KORPORAT.COM, Jakarta - Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap munculnya atau penyebaran berbagai penyakit mematikan demam berdarah berdarah (DBD) yang ditularkan lewat nyamuk aedes aegypti. Di musim penghujan, perkembangbiakan nyamuk jenis ini diprediksi akan lebih meningkat seiring banyaknya genangan air.
Hingga kini, telah lebih dari lima dekade upaya penanggulangan DBD telah digelar pemerintah. Pertama kali, kasus penyakit dengan gejala demam tinggi ini ditemukan pertama kali di Indonesia pada 1968 silam.
Berkenalan dengan Bakteri Wolbachia, Senjata Ampuh Lawan DBDAkan tetapi, fakta selama dasawarsa terakhir, jumlah kasus maupun angka kematian warga yang terjangkit demam tersebut masih relatif tinggi. Bahkan, pada 2023 lalu, angka kematiannya mencapai 746 jiwa, kendati telah turun ketimbang tahun sebelumnya sebanyak 1.237 jiwa.
Sementara, target pemerintah pada 2030 mendatang, jumlah korban meninggal akibat DBD akan dipangkas menjadi 0 jiwa alias zero dengue death 2030. Apa masih mungkin bisa dicapai?
Pada awal tahun ini, sejumlah daerah telah mencatat sejumlah kasus suspect DBD. Misalnya saja di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau; Kota Bontang, Kalimantan Timur; serta Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Sampai pertengahan Januari2024, terdapat pasien positif DBD sebanyak 46 kasus di Rembang. “Demam berdarah ini harus ada pencegahan, ada monitoring di wilayah-wilayah. Jangan sampai ada kejadian yang baru ditangani, pencegahan jauh lebih penting, ” kata Bupati Rembang Abdul Hafidz dalam keterangan resminya, pekan lalu.
Sejumlah upaya tengah dilakukan oleh pemerintah setempat untuk menangani makin banyaknya kasus DBD. Yakni, mulai dari upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara masif, penyemprotan fogging, hingga mengaktifkan kembali gerakan satu rumah satu jumantik.
Peningkatan penyakit DBD umumnya dipicu peralihan musim kemarau ke penghujan. Frekuensi hujan yang tinggi dapat menyebabkan suhu menjadi lembab sekaligus memicu cepatnya perkembangbiakan nyamuk.
Upaya lewat Wolbachia
Selain PSN, upaya lain yang kini sedang gencar dilakukan pemerintah untuk penanggulangan DBD yaitu teknologi Wolbachia. Metode ini diyakini dapat melumpuhkan virus dengue pada nyamuk aedes aegypti.
Teknologi Wolbachia Tekan Kasus DBD Hingga 77 PersenHarapannya, teknologi ini akan dapat mencegah penularan kasus DBD. Wolbachia sendiri merupakan jenis bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga khususnya nyamuk.
Kementerian Kesehatan menetapkan lima kota yang menjadi proyek percontohan atau pilot project penyebaran bakteri yang teknologinya dikembangkan di Universitas Gadjah Mada ini (UGM). Masing-masingnya yaitu, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.
Teknisnya, pemerintah memberikan bantuan berupa ember yang berisi telur nyamuk berbakteri Wolbachia ke warga-warga setempat. Telur nyamuk tersebut akan menetas dalam dua minggu.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah memerlukan sekitar 2,6 juta telur nyamuk Wolbachia saban minggu di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Wilayah tersebut merupakan daerah endemik DBD, yang mana terdapat 3.376 kasus dengan 29 kasus kematian akibat DBD pada 2022 silam.
"Diharapkan dalam satu tahun jumlah populasi nyamuk berwolbachia sudah sampai 80 persen dari populasi nyamuk aedes aegypti," kata dia ketika memulai program pencegahan DBD di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur Oktober 2023 silam.
Komentar (0)
Login to comment on this news