Banyak Orang Umroh, RI Perlu Genjot Ekspor untuk Seimbangkan Devisa
KORPORAT.COM, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung menyukai wisata religi jika telah berada dalam kondisi finansial tertentu.
Menurut dia, kegiatan tersebut memberikan ekses ekonomi yang cukup besar jika diakumulasikan secara masif dan menyeluruh.
“Kalau punya uang lebih sedikit pasti umroh. Ini berarti kita melakukan import services dari tempat lain,” ujarnya saat menjadi pembicara kunci di forum diskusi UMKM di Jakarta, Kamis (7/3/2024).
Menkeu menjelaskan aktivitas bepergian ke luar negeri harus didukung oleh kepemilikan instrumen pembayaran mancanegara, dalam hal ini cadangan devisa. Dia menyebut RI harus pintar-pintar menjalankan aktivitas ekonomi untuk bisa menarik devisa ke dalam negeri.
“Kalau Indonesia tidak mampu menghasilkan devisa, maka perekonomian dari sisi external balance pasti akan mengalami tekanan. Oleh karena Indonesia mengkonsumsi barang dari luar negeri, maka Indonesia juga harus mampu mengekspor barang dan jasa agar ketahanan eksternal bisa tetap terjaga,” tutur dia.
Penerimaan Pajak Lesu di Awal Tahun, Ada Apa Bu Sri Mulyani?Artinya, sambung Menkeu, RI harus bisa meningkatkan daya tarik pariwisata dalam level industri sehingga memperbesar peluang masuknya aliran modal asing ke dalam negeri atau capital inflow.
“Dengan semakin banyak jumlah masyarakat berpendapatan menengah, ini membuat mereka akan meningkatkan konsumsinya (terutama barang/jasa impor) juga. Salah satu cara yang kini tempuh adalah meningkatkan kinerja UMKM yang berorientasi ekspor,” katanya.
Berdasarkan data terbaru Bank Indonesia (BI), posisi cadangan devisa sampai akhir Februari 2024 adalah sebesar US$144 miliar. Angka ini turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$145,1 miliar.
Usut punya usut, pelandaian itu terjadi karena pengaruh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Walau demikian, bank sentral memastikan jumlah cadangan devisa mencukupi dan berada di atas ketentuan minimal global.
Komentar (0)
Login to comment on this news