Rupiah Makin Melemah, Waspada Kenaikan Harga-harga hingga Pengurangan Subsidi BBM
KORPORAT.COM, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap US$ terus melanjutkan pelemahan. Pada hari ini (Jumat, 14/6/2024), rupiah berada di level Rp16.350 per US$.
"Kemungkinan akan menunju Rp16.459 per US$," kata Direktur Utama Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi.
Menurut Ibrahim, salah satu pemicu utama pelemahan nilai tukar rupiah adalah perang dagang antara Uni Eropa, Amerika Serikat dan Tiongkok yang semakin panas. Dalam hal ini, Uni Eropa baru saja menerapkan tarif tinggi untuk komponen mobil dan aki listrik.
Nilai Tukar Rupiah Berpotensi MelemahMelihat kondisi itu, Ibrahim menilai akan berpengaruh ke cadangan devisa (cadev) Indonesia yang kemungkinan besar akan tergerus. Posisi cadev Indonesia pada akhir Mei 2024 tercatat sebesar US$139 miliar atau turun 5,05% dari posisi akhir Desember 2023 US$146,4 miliar.
"Kemudian Bank Indonesia dalam pertemuan bulan ini kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga 25 bps," tutur Ibrahim.
BI Rate Bertahan di 6,25%, Rupiah Kembali MenguatIbrahim menjelaskan, potensi kenaikan suku bunga (BI rate) terjadi karena masih ada jeda 50 bps batas atas untuk menaikkan suku bunga. Bahkan, katanya, jika kondisi tidak memungkinan, BI akan menaikkan suku bunga ke 6,75%.
Dampak pelemahan nilai tukar rupiah, lanjut Ibrahim, juga bisa mendorong kenaikan Harga barang impor. "Seperti pupuk, elektronik, dan otomotif," ujar dia.
Selanjutnya, Ibrahim memperkirakan, pemerintah juga akan mengurangi subsidi BBM, dari 200.000 barel per hari. "Bahkan ini sudah terjadi, di beberapa SPBU sudah menghilang pertalite dan pertamax, sehingga beralih ke pertamax turbo," kata Ibrahim mengungkapkan.
Komentar (0)
Login to comment on this news