Ini Bocoran Kinerja Perbankan 2023 Sebelum Laporan OJK Besok
KORPORAT.COM, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan bakal menggelar konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) terkait dengan perkembangan sektor finansial pada Selasa (9/1/2024).
Dalam agenda tersebut, otoritas akan memaparkan kondisi terakhir Desember 2023 serta tinjauan umum secara full year. Khusus untuk perbankan, tantangan terbesar datang dari suku bunga acuan yang berada di level tertinggi sejak pandemi merebak, yakini 6,00%.
Fakta.com mencatat, setidaknya terdapat dua implikasi utama yang timbul akibat interest rate ini. Pertama adalah tekanan terhadap kinerja kredit.
Dengan margin bunga yang besar maka membuat perbankan mesti bekerja ekstra kerja untuk bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi.
Penurunan Suku Bunga jadi Harapan Perbankan untuk BertumbuhPasalnya, sektor usaha cenderung menahan diri untuk menarik kredit lantaran bunga yang ditawarkan juga lebih tinggi. Apalagi jelang pergantian kekuasaan di pilpres 2024 membuat sikap wait and see menjadi sangat relevan.
Kedua, peningkatan biaya dana. Seperti diketahui, perbankan mendapat sokongan likuiditas tidak hanya dari dana nasabah (DPK).
Banyak di antara pelaku usaha juga menerbitkan obligasi/surat utang. Sehingga, bank harus mengeluarkan biaya dana lebih (cost of fund) kepada kreditur dari penarikan utang yang dilakukan.
Dampak dari kondisi ini sudah terlihat. Pertumbuhan kredit cenderung berkutat di angka satu digit dari target dobel digit secara full year.
Suku Bunga Simpanan Rupiah Perbankan Berpotensi MeningkatLalu, pelandaian likuiditas karena banyak nasabah yang mulai menggunakan simpanannya selama pandemi untuk kegiatan produktif.
Belum lagi penerbitan sejumlah instrumen investasi oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan membuat kondisi likuiditas di perbankan relatif mengecil.
Berikut ini adalah beberapa indikator utama kinerja perbankan umum hingga kuartal III 2023 (year on year/yoy) seperti yang dilansir OJK.
Komentar (0)
Login to comment on this news