Operasi Moneter BI Belum Berdampak ke Penguatan Rupiah

Oleh Andry Winanto - korporat.com
18 Januari 2024 16:45 WIB
Ilustrasi. (Dokumen Bank Indonesia)
Place your ads here

KORPORAT.COM, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), David Sumual mengungkapkan bahwa beberapa operasi moneter yang telah dilakukan Bank Indonesia (BI) belum berkontribusi maksimal terhadap upaya penguatan nilai tukar rupiah.

Menurut David, salah satu yang kini sedang gencar dilakukan melalui skema local currency transaction atau LCT.

“Ini belum berdampak terlalu signifikan terhadap penguatan nilai tukar rupiah, walaupun ada peningkatan (nilai transaksi). Tapi secara keseluruhan belum banyak berpengaruh terhadap penguatan rupiah,” ujar dia kepada Fakta.com, dikutip Kamis (18/1/2024).

Dari data di atas, kita bisa melihat posisi nilai tukar rupiah dari informasi kurs JISDOR terus melemah. Posisi hari ini (Kamis, 18/1/2024), rupiah bertengger di level Rp15.630.

David menjelaskan, inisiatif bank sentral melalui kebijakan penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan dalam negeri juga mengalami kondisi serupa. “DHE juga saya rasa perlu dioptimalkan,” kata dia.

Berdasarkan informasi yang dilansir Bank Indonesia, diketahui bahwa LCT sudah menyentuh US$6,3 miliar di Desember 2023. Angka tersebut naik sekitar 52,8% year on year (yoy) dari Desember 2022.

Bye Dolar, Transaksi Local Currency RI Sudah US$6,3 Miliar

Sementara itu, simpanan Devisa Hasil Ekspor cederung mandek dengan catatan US$2,2 miliar dari sebelumya US$1,8 miliar di Oktober 2023.

Untuk diketahui, LCT atau kerap pula disebut local currency settlement (LCS) merupakan instrumen penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral dua negara. Hal ini dimaksudkan untuk mengindari penurunan nilai mata uang serta mengurangi ketergantungan terhadap dolar sebagai alat utama transaksi.

Sederet Keyakinan BI Rupiah Bakal Terus Menguat di 2024

Sementara DHE adalah cara Bank Indonesia menarik dolar ke dalam negeri dengan memberikan insentif tertentu kepada eksportir yang mau memarkir dananya di perbankan nasional.

“Saya kira ketidakpasatian di depan masih cukup tinggi, terutama dari kondisi geopolitik. Kemudian perkiraan penurunan Fed Fund Rate yang memang tahun ini tapi sekarang inflasi mereka masih lebih tinggi dari yang diperkirakan,” ucap David.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//