Utang Bank Indonesia Melejit Jadi Rp209,43 T, Ada Apa?
KORPORAT.COM, Jakarta - Utang luar negeri (ULN) bank sentral atau Bank Indonesia (BI) diketahui mengalami peningkatan signifikan di sepanjang kuartal IV/2024. Hal tersebut terungkap dalam siaran resmi BI yang dirilis pada tengah pekan ini.
Disebutkan bahwa pada ULN bank sentral pada Oktober 2023 berada pada posisi US$10,1 miliar. Angka ini kemudian naik menjadi US$12,0 miliar pada November dan US$13,4 miliar di Desember 2023.
Padahal, ULN bank sentral sebelumnya selalu berada di level psikologis US$9 miliaran di kuartal I-III 2023.
Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2022 lalu yang berada di angka US$9,198 miliar, itu artinya terjadi kenaikan sekitar 46% jika dibandingkan posisinya di akhir 2023 pada angka US$13,4 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono pada tengah pekan ini sempat memberikan keterangan resmi perihal peningkatan ULN Indonesia tanpa menyebut detail alasan kenaikan kenaikan ULN bank sentral.
Dia menyebut hal itu terjadi karena faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global termasuk rupiah.
Redaksi mencatat, pada penghujung tahun lalu memang terjadi sedikit depresiasi nilai tukar dolar seiring dengan semakin kuatnya sinyal bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang bakal menurunkan Fed Fund Rate (FFR) mulai paruh kedua 2024.
Akan tetapi, situasi berbalik pada awal tahun ini tatkala data ekonomi AS yang masih menunjukan pertumbuhan kuat sebesar 2,5% pada 2023 atau lebih tinggi dari 2022 yang sebesar 1,9%. Kenyataan itu membuat pasar pesimistis FFR bakal turun dalam waktu dekat.
“ULN tetap terkendali serta dikelola secara terukur dan akuntabel,” kata Erwin.
Utang Luar Negeri Bank Indonesia Tembus Rp209,43 T, Utang Luar Negeri Indonesia Jadi Rp6.346 TPenerbitan sekuritas Bank Indonesia
Lebih lanjut, peningkatan ULN BI di triwulan terakhir 2023 berbarengan dengan dimulainya operasi moneter melalui penerbitan instrumen Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Mekanisme kedua instrumen tersebut diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 13 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/14/PBI/2020 tentang Operasi Moneter. Penerbitan SVBI dan SUVBI dilakukan untuk mengelola likuiditas valuta asing guna mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan, kedua instrumen tersebut sejalan dengan mekanisme pasar (pro-market) untuk mendukung pendalaman pasar uang dalam valuta asing guna mendukung efektivitas kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sinergi pembiayaan ekonomi.
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2023 Vs 2024 Versi Bank IndonesiaSelain SVBI dan SUVBI, bank sentral sebenarnya telah lebih dulu merilis Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk pasar domestik.
“Berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan diharapkan dapat terus memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global,” ujar Ferry.
Adapun, lelang SRBI dan SVBI hingga 16 Januari 2024 masing-masing telah mencapai Rp296,03 triliun dan US$896,50 juta. Sementara untuk lelang SUVBI yang diterbitkan sebagai instrumen moneter valas telah mencapai US$244 juta.
BI mengklaim Instrumen SRBI juga telah secara aktif diperdagangkan di pasar sekunder tercermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp75,44 triliun.
Fakta.com lantas mencoba mengkonfirmasi Bank Indonesia apakah kenikan ULN berkaitan dengan penerbitan instrumen sekuritas. Namun, sampai berita ini diturunkan belum ada tanggapan lebih lanjut.
Komentar (0)
Login to comment on this news