Utang Pemerintah Capai Rp8.338,4 Triliun, Rasio ke PDB Menurun
KORPORAT.COM, Jakarta - Posisi utang pemerintah semakin aman. Hal itu terlihat dari rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 38,64% per April 2024.
Catatan itu tertuang alam dokumen APBN KiTA periode Mei 2024. Dalam dokumen itu dijelaskan, jumlah utang pemerintah per akhir April 2024 mencapai Rp8.338,43 triliun.
Peringkat Utang RI Stabil, Kemenkeu Sebut Tantangan di Pendapatan NegaraDari jumlah itu, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,18%. Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa surat berharga negara (SBN) yang mencapai 87,94%.
"Komposisi itu selaras dengan kebijakan umum pembiayaan utang untuk mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap," bunyi dokumen itu.
Pemerintah Peroleh Pinjaman Rp 24 Triliun dari Hasil Lelang 7 Seri Surat UtangDengan angka itu, maka asio utang per akhir April 2024 sebesar 38,64% terhadap PDB. Artinya, jumlah tersebut tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara.
Sebagai perbandingan, rasio utang itu menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai 38,79%, serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah tahun 2024-2027 di kisaran 40%.
Sebagai informasi, rasio utang pemerintah terhadap PDB sempat menyentuh 40,74% pada akhir 2021. Namun setelah itu angkanya terus menurun sampai saat ini.
Pemerintah dalam dokumen itu juga mengatakan, tetap mengutamakan pengadaan utang dengan jangka waktu menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif. Per akhir April 2024, profil jatuh tempo utang pemerintah terhitung cukup aman dengan rata-rata tertimbang jatuh tempo (average time maturity/ATM) di 8 tahun
Adapun pengelolaan portofolio utang berperan besar dalam menjaga kesinambungan fiskal secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemerintah konsisten mengelola utang secara cermat dan terukur dengan menjaga risiko suku bunga, mata uang, likuiditas, dan jatuh tempo yang optimal.
Komentar (0)
Login to comment on this news