Beban Bunga Membengkak, Laba BNI Hanya Tumbuh 1,9 Persen
KORPORAT.COM, Jakarta - Setelah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, giliran PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI yang mencatat perlambatan pertumbuhan laba di kuartal I-2024. Pada periode ini, laba BNI mencapai Rp5,3 triliun.
Mengutip laporan keuangan BNI, Senin (29/4/2024), laba BNI hanya tumbuh 1,9%. Catatan itu lebih lambat dibandingkan periode sama 2023 Rp5,2 triliun yang tumbuh 33,3% dari Rp3,9 triliun di 2022.
Perlambatan pertumbuhan laba BNI sejalan dengan pertumbuhan single digit pendapatan bunganya. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, nilainya Rp15,9 triliun atau naik 7,4% dari Rp14,8 triliun.
Kuartal I-2024, Pertumbuhan Laba BRI dalam Tren MelambatDi sisi lain, beban bunga BNI melesat 47,7% dari Rp4,4 triliun menjadi Rp6,5 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BNI turun 9,6% dari Rp10,4 triliun menjadi Rp9,4 triliun.
Sementara itu, bank berlogo angka 46 ini juga harus menanggung beban operasional yang lebih tinggi. Nilainya mencapai Rp6,6 triliun, naik 1,5% dari Rp6,5 triliun di kuartal I-2023.
Meski laba tumbuh melambat, Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan, peningkatan kualitas aset tetap menjadi fokus, yang diharapkan akan mendorong kinerja fungsi intermediasi yang berkelanjutan di tengah tantangan geopolitik global, tekanan inflasi, dan suku bunga.
Kredit Masih Tumbuh Tinggi, Bank Perlu Mitigasi RisikoRoyke juga menegaskan, perseroan terus melanjutkan transformasi perusahaan yang sudah berjalan selama tiga tahun agar mampu memberikan tingkat profitabilitas yang kuat dan sehat dalam jangka panjang.
"Fundamental BNI semakin sehat dan kuat berkat program transformasi yang menjadi langkah besar kami untuk terus tumbuh dan berkembang serta beradaptasi terhadap tantangan di tingkat nasional dan global," kata Royke.
Menanggapi kinerja BNI, Investment Analyst Lead Stockbit, Rahmanto Tyas Raharja menilai hasil laba bersih BNI berada di bawah ekspektasi. "Karena hanya mencapai 22,5% dari estimasi setahun konsensus di level Rp23,6 triliun," ujar Tyas.
Selain itu, Tyas juga menilai performa operasional BNI sebagai hasil yang netral. Hal tersebut karena meskipun beberapa metrik operasional mencapai hasil yang positif, profitabilitas BNI tetap terkompresi.
Komentar (0)
Login to comment on this news