Faktor Penurunan Beban Keuangan Bikin Indofood Cetak Untung Rp8,1 Triliun
KORPORAT.COM, Jakarta - PT Indofood Sukses Makmur Tbk meraup laba bersih Rp8,1 triliun di sepanjang 2023. Angka itu tumbuh 26,6% dari periode 2022 Rp6,4 triliun.
Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood, Anthony Salim menyampaikan, catatan laba itu terbentuk di tengah penjualan neto konsolidasi yang tumbuh 1%. "Dari Rp110,8 triliun menjadi Rp111,7 triliun," kata Anthoni, Senin (25/3/2024).
Bahkan, kata Anthoni, Indofood sebenarnya membukukan core profit Rp9,8 triliun atau naik 8% dari Rp9,1 triliun. Core profit ini mencerminkan kinera operasional perseroan dengan tidak memperhitungkan akun non-recurring dan selisih kurs.
Djarum hingga Anthoni Salim Bakal Dapat Jatah Dividen Terbesar dari BCADia pun menilai, kinerja Indofood menunjukkan ketangguhan saat kondisi ekonomi global yang penuh dengan perubahan dan tantangan. Untuk itu, Anthoni optimistis menyambut 2024.
"Namun senantiasa berhati-hati dalam menghadapi kondisi ketidakpastian global dan terus berupaya meraih pertumbuhan yang berkelanjutan, serta menjaga keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas," ucap Anthoni.
Terlepas dari pernyataan Anthoni, ada fakta menarik yang membuat Indofood berhasil menumbuhkan keuntungannya. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, salah satu penopangnya adalah penurunan beban pokok penjualan.
Sepanjang 2023, nilainya Rp75,6 triliun. Angka itu turun 1,6% dari periode 2022 Rp76,8 triliun.
Meski 'Panen' Untung, Astra dan Indofood Waspadai Ketidakpastian GlobalSecara rinci, salah satu beban pokok penjualan yang turun adalah bahan baku yang digunakan. Jika pada 2022 nilainya mencapai Rp57,3 triliun, Indofood berhasil menurunkannya menjadi Rp52,9 triliun pada 2023.
Di sisi lain, beban produksi Indofood hanya naik 4,4% dari Rp18,1 triliun menjadi Rp18,9 triliun.
Tak hanya itu saja, beban keuangan juga turut mengerek laba bersih Indofood. Pada 2023, nilainya turun hingga 55,7% dari Rp7,9 triliun menjadi hanya Rp3,5 triliun.
Dalam pos ini, salah satu yang paling berkontribusi adalah hilangnya rugi neto atas selisih nilai tukar mata uang asing dari aktivitas pendanaan yang pada 2022 mencapai Rp4,8 triliun.
Komentar (0)
Login to comment on this news