Restrukturisasi Kredit Covid-19 BRI Tersisa Rp54,5 Triliun
KORPORAT.COM, jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI optimistis berakhirnya kebijakan restrukturisasi Covid-19 tak berdampak ke kualitas kredit dan kinerja keuangan perseroan. Dalam hal ini, BRI mengklaim telah menyiapkan soft landing strategy.
"BRI telah menerapkan langkah antisipatif merespon berakhirnya relaksasi restrukturisasi Covid pada Maret 2024," kata Direktur Utama BRI, Sunarso dikutip Selasa (2/4/2024).
Sunarso bahkan mengungkapkan, BRI sendiri secara internal sudah tidak menggunakan kebijakan tersebut sejak tahun 2023 lalu sebagai upaya untuk penerapan prudential banking.
Relaksasi Kredit Covid-19 Berakhir, Bank Mandiri Buka Peluang Restrukturisasi LanjutanMeski begitu, Sunarso mengatakan, sebagai antisipasi risiko BRI juga tetap mengimbangi dengan melakukan pencadangan yang memadai. Hingga akhir Desember 2022 tercatat NPL Coverage BRI berada di level 305,73%.
Cadangan tersebut digunakan untuk melakukan penghapusbukuan kredit UMKM yang benar-benar sudah tidak bisa direstrukturisasi lagi. "Sehingga, pada Desember 2023 NPL Coverage turun di level 229,09% namun cadangan tersebut masih sangat memadai apabila terjadi pemburukan," kata Sunarso mengungkapkan.
Restrukturisasi Covid-19 Berakhir dan Menyisakan Kredit Rp251,2 T, Bagaimana Nasib NPL Bank?Sebelumnya, pada pertengahan Februari 2024 lalu Sunarso mengungkapkan bahwa perseroan telah mencatatkan penyusutan nilai kredit terdampak Covid-19 yang direstrukturisasi. Saat itu nilai outstanding kredit restrukturisasi Covid-19 per Desember 2023 turun menjadi Rp54,5 triliun dari Rp107,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Apabila dihitung dari puncaknya, sebesar Rp210 triliun itu sudah keluar dari status restrukturisasi sehingga sekarang outstanding-nya tinggal Rp54 triliun," kata Sunarso.
Secara umum, Sunarso mengungkapkan bahwa kebijakan restrukturisasi kredit tersebut terbukti telah mampu menyelamatkan sebagian besar bisnis UMKM selama menghadapi pandemi Covid-19 yang mulai meluas di Indonesia pada tahun 2020.
Komentar (0)
Login to comment on this news