Tahun Politik dan Gejolak Geopolitik, Tantangan Utama Perekonomian Indonesia

Ilustrasi. (Putut Pramudiko/Fakta.com)
Place your ads here

KORPORAT.COM, Jakarta - Perekonomian Indonesia sudah bisa dikatakan pulih pascahantaman pandemi Covid-19 lalu serta terus menunjukan tren positif. Tapi, masuknya tahun politik sekaligus isu gejolak poltik akan menjadi tantangan utama pencapaian pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Direktur Eksekutif Core Indonesia, Mohammad Faisal memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada 2024 ini punya kans untuk bertahan di angka 5 persen, sebagaimana pencapaian tahun sebelumnya. Menurut dia, meski bakal terpengaruh kondisi global serta gejolak geopolitik tapi tidak akan signifikan.

Menengok Pertumbuhan Ekonomi di Tiap Tahun Pemilu

Secara umum, pertumbuhan ekonomi lebih banyak dipengaruhi dua sektor. Pertama, dari sisi konsumsi rumah tangga dan swasta. Menurut Faisal, dorongan konsumsi rumah tangga dan swasta periode Pemilu 2024 kali ini tidak akan sebesar tahun polik periode sebelumnya.

Faktor pemengaruh kedua yaitu investasi. Ia menjelaskan, sebagian investor atau pelaku usaha itu lebih memilih untuk tidak mengambil keputusan bisnis yang besar lantaran perlu memastikan dinamika Pilpres kali ini.

Indonesia Memasuki Fase Baru Pertumbuhan Ekonomi

Meski begitu, investasi diproyeksikan tidak akan menurun lantaran terdorong dengan program hilirisasi berbagai komoditas tambang. Fasial mengatakan, “Pertumbuhan ekonomi tahun ini kami prediksikan mencapai 4,9 sampai 5 persen.”

Inflasi tinggi

Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda mengatakan, gejolak geopolitik berpotensi menurunkan pasokan domestik “Jika tidak diganggu, konsumsi rumah tangga bisa membuat pertumbuhan ekonomi kita tetap positif," ujar dia kepada Fakta.com, Rabu (30/1/2024).

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2023 Vs 2024 Versi Bank Indonesia

Gejolak geopolitik sekaligus perekonomian global yang mempengaruhi Indonesia misalnya perekonomian Tiongkok. Ekspor produk asal Indonesia ke Tiongkok bakal terkena dampak domino dari bangkrutnya sektor properti di Negeri Panda tersebut.

“Ekonomi global diprediksi menurun tajam. Terjadi perlambatan ekonomi Tiongkok yang didapatkan dari penurunan konsumsi domestik Tiongkok, akibatnya keluarnya perusahaan global dari Tiongkok secara masif,” ujar Nailul.

Meski berpotensi bakal menurunkan ekspor Indonesia, dampaknya ke pertumbuhan ekonomi nasional sejatinya masih minim lantaran kontribusi ekspor ke pendapatan domestik bruto (PDB) masih terbilang kecil.

Target Pertumbuhan Ekonomi: Mahfud Optimistis, Muhaimin Realistis

Namun demikian, pengaruh tersebarnya justru pada konsumsi rumah tangga. "Gejolak geopolitik yang bisa menurunkan pasokan domestik, inflasi nampaknya di angka kurang lebih 3 persen di mana tergantung dari harga komoditas," imbuhnya.

Hal senada juga pernah diungkapkan sebelumnya oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Ia bilang, “Itu kondisi lingkungan ekonomi yang kita lihat, kita hadapi, dan sekaligus kita kelola dan hasilnya relatif jauh lebih baik dari yang kita perkirakan. Artinya APBN mampu bertahan dalam tekanan dan APBN mampu membantu ekonomi juga untuk menjadi lebih baik.”

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, katalis lain yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni pertumbuhan perusahaan-perusahaan kecil atau usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Bahkan, pemerintah optimistis dengan meningkatkan program UMKM, pengaruh positifnya tidak hanya ke pertumbuhan ekonomi melainkan juga pada penciptaan lapangan pekerjaan. (MSM)

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//