Rupiah Tersandera The Fed, Tertekan Pemilu

Oleh Andry Winanto - korporat.com
01 Februari 2024 14:17 WIB
Ilustrasi (Foto: Fakta.com)

KORPORAT.COM, Jakarta - Ekonom senior Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah pada awal tahun ini dipengaruhi faktor ekonomi dan nonekonomi.

Menurut Ryan, faktor ekonomi yang paling dominan bersumber dari suku bunga Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) yang diperkirakan tetap berada di level atas dalam jangka waktu yang lebih lama (higher for longer).

“Rupiah tertekan karena The Fed kemungkinan besar masih akan menahan level Fed Fund Rate (FFR) tetap 5,5% lebih lama lagi untuk penurunannya,” ujar dia kepada Fakta.com, dikutip Rabu (31/1/2024).

Tahun Politik dan Gejolak Geopolitik, Tantangan Utama Perekonomian Indonesia

Hal ini yang mendorong para investor untuk menempatkan dananya ke instrumen dolar AS karena disparitas dengan BI rate cukup dekat, yakni 50 basis points (bps).

“Belum lagi ada pengaruh dari geopolitik di Timur Tengah dan perang di Ukraina yang belum selesai. Kondisi ketidakpastian yang berlanjut ini membuat pemilik modal memilih melarikan dananya ke safe haven. Apa itu? Ya dolar AS. Ini yang kemudian membuat mata uang di Asia melemah, termasuk Indonesia,” kata dia.

Ryan mengungkapkan, perkembangan terkini di Laut Merah juga memberikan ekses negatif terhadap upaya penurunan FFR.

“Konflik Laut Merah dengan Houthi yang menghadang kapal-kapal membuat jalur distribusi terganggu. Mau tidak mau kapal itu harus memutar sejauh 6.000 kilometer di Benua Afrika dengan tambahan waktu sekitar 30 hari. Artinya, ada kenaikan cost yang berpotensi menimbulkan inflasi,” tutur dia.

Resmikan Rumah Susun Jayapura, Sri Mulyani: Negara Hadir

“Jadi prediksinya The Ted akan menahan Fed Fund Rate lebih lama lagi karena mengantisipasi gangguan rantai pasok yang terjadi Laut Merah,” sambung Ryan.

Sementara faktor nonekonomi cenderung berasal dari dalam negeri. Ryan menyebut pengaruh kontestasi politik di 2024 menjadi hal yang tidak terhindarkan.

“Mungkin investor kurang nyaman dengan isu-isu politik jelang pilpres yang tensinya terus memanas. Mereka banyak melepas rupiah dan beralih ke dolar AS sehingga lebih tenang,” ucap dia.

Pada pembukaan perdagangan hari ini rupiah diketahui melemah 0,19% atau 30 poin ke level Rp15.810 per dolar AS.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//