China Kepayahan, ASEAN Maju Pikul Ekonomi Dunia

Ilustrasi. (Dokumen Kemenperin)
Place your ads here

KORPORAT.COM, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan (Menkeu), Chatib Basri meyakini bahwa perekonomian dunia masih diliputi oleh ketidakpastian yang berlanjut. Dia menyebut, salah satu yang menjadi penyebab adalah melemahnya raksasa manufaktur global.

“Perlambatan ekonomi China akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Asia, termasuk Indonesia. Penurunan harga komoditas dan energi nampaknya akan berpengaruh pada ekspor kita,” ujar dia, dikutip pada Selasa (23/1/2024).

Chatib menjelaskan, implikasi secara luas akan memicu tekanan pertumbuhan ekonomi secara merata di banyak negara.

“Namun demikian, kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan Indonesia nampaknya tetap jadi harapan dari perekonomian dunia dengan pertumbuhan yang lebih baik,” katanya.

Sri Mulyani di WEF: Ekonomi Digital ASEAN Menuju US$1 Triliun

Menkeu era SBY itu menyadari bahwa ada harapan lain bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) bakal menurunkan tingkat bunga acuan sebanyak 2-3 kali di paruh kedua tahun ini. Tetapi, nampaknya ini akan dilakukan secara berhati-hati mengingat defisit anggaran di Amerika Serikat masih terlalu besar.

Fokus lain yang perlu menjadi perhatian adalah tensi geopolitik AS dengan China yang mungkin memiliki imbas dan fragmentasi terhadap perekonomian global.

Overall, Southeast Asia, termasuk indonesia  masih menjadi harapan. Tapi rasanya kita tetap harus waspada dalam menghadapi situasi yang tidak pasti dari perekonomian,” tutur Chatib.

Surplus Neraca Dagang Tunjukkan Daya Tahan Eksternal Ekonomi

Terpisah, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyatakan jika pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan melambat dengan ketidakpastian pasar keuangan yang mereda. Dia mengungkapkan, ekonomi global diramal tumbuh sebesar 3,0% pada 2023 dan melambat jadi 2,8% pada 2024. 

“Ekonomi China melambat seiring dengan tetap lemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai dampak lanjutan dari pelemahan kinerja sektor properti, serta terbatasnya stimulus fiskal," ucap dia. 

Ke depan, Perry mengingatkan beberapa risiko global tetap perlu dicermati karena dapat mempengaruhi ketidakpastian seperti berlanjutnya ketegangan geopolitik, pelemahan ekonomi di sejumlah negara utama, serta kepastian waktu dan besarnya penurunan suku bunga moneter negara maju, khususnya The Fed.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//