Ekonom BCA Optimistis Neraca Dagang Kembali Surplus Tahun Ini

Ilustrasi neraca dagang. (Dokumen Kementerian Keuangan)
Place your ads here

FAKTA, Jakarta - Rekor surplus neraca perdagangan Indonesia selama 44 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 dinilai berpotensi berlanjut di sepanjang 2024. Keyakinan tersebut disampaikan Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), David Sumual.

Menurut dia, prediksi tersebut didukung oleh pergerakan harga komoditas unggulan yang saat ini masih cukup baik.

“Walaupun harganya sudah mulai termoderasi, namun relatif lebih baik dari 2022. Itu yang menjadi penyebab kita tetap surplus sampai 2023 kemarin,” ujarnya saat dihubungi Fakta.com, Senin (15/1/2024).

Meski Rekor Berlanjut, Surplus Neraca Dagang Makin Menciut

David menambahkan, di sisi lain nilai impor Indonesia cenderung lebih stabil. Dia menjelaskan, tanda-tanda pergerakan impor tidak signifikan tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi yang masih di kisaran 5%.

“Sebab, kalau ekonomi bergerak lebih kencang, maka impor juga akan naik. Hal itu sesuai karena sebagian besar impor yang dilakukan oleh Indonesia adalah jenis barang modal atau bahan baku produksi,” katanya.

Dia juga menyebut sektor strategis yang bisa menopang surplus neraca perdagangan ke depan antara lain komoditas sawit, batu bara, dan produk manufaktur. Selain itu, ekspor produk yang masuk skema hilirisasi juga mulai memberikan dampak positif meski belum berkontribusi dalam porsi jumbo.

“Kita berharap pemulihan ekonomi global bisa lebih cepat agar demand dari produk ekspor Indonesia bisa semakin terangkat. Beberapa sektor yang diharapkan pulih berasal dari komoditas tekstil dan pakaian, serta produk alas kaki,” ucap David.

Surplus Neraca Pedagangan Bakal Berlanjut Tahun Ini

Seperti diketahui, neraca perdagangan tetap surplus saat tutup tahun 2023. Per Desember 2023, nilainya US$3,31 miliar.

Jika dibandingkan periode Desember 2022, maka surplus neraca perdagangan Desember 2023 turun 16,41% dari US$3,96 miliar. "Namun neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 44 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini.

Melihat data BPS, surplus neraca dagang sempat mencapai level tertinggi US$5,4 miliar pada Februari 2023. Namun setelah itu, angkanya terus turun dan mencapai level terendah US$0,44 miliar pada Mei 2023.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//