Indonesia Hadapi Tantangan Keluar dari Middle Income Trap, Reindustrialisasi Jadi Kunci

Ilustrasi
Place your ads here

KORPORAT.COM, Jakarta - Indonesia memiliki peluang untuk keluar dari middle income trap sebelum tahun 2045. Namun, hal ini hanya dapat dicapai jika pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 6%-7%.

Dikutip dari Fakta.com, Jumat (18/10/2024), saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stagnan di angka 5%, sehingga menimbulkan keraguan apakah target tersebut bisa diraih.

Dalam diskusi yang diselenggarakan CORE Indonesia, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan, pemerintah sudah menyusun trajektori pertumbuhan ekonomi melalui RPJMN 2025-2029.

"Trajektori tersebut merupakan panduan ancang-ancang pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mencapai rata-rata 6%-7% dalam 20 tahun ke depan," kata Amalia.

Namun, ekonom Awalil Rizky mengungkapkan, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia sering kali gagal mencapai target, termasuk untuk tahun ini yang diprediksi tidak akan mencapai 6,5%.
“Target pertumbuhan tahun ini juga dipastikan tidak akan tercapai,” ujar Awalil.

Amalia menegaskan, kunci pertumbuhan jangka panjang adalah reindustrialisasi. Saat ini, tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh sektor informal, dan peningkatan kontribusi sektor manufaktur sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan lapangan kerja berkualitas.

Namun, manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan, dengan pertumbuhan sektor ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi keseluruhan pada triwulan II-2024,  mencapai 3,89%. Dengan pertumbuhan ekonomi di periode tersebut sebesar 5,05%, artinya manufaktur tumbuh lebih rendah. Maka, share-nya terhadap perekonomian akan menurun pula.  

Hendri Saparini, pendiri CORE Indonesia menekankan, tren deindustrialisasi prematur di Indonesia menjauhkan negara dari cita-cita menjadi negara maju.

Sektor manufaktur perlu diperkuat dengan kontribusi lebih dari 30% terhadap ekonomi untuk menciptakan pekerjaan yang lebih produktif.

“Tanpa itu tidak bisa menciptakan pekerjaan, value added, dan struktur industri yang lebih kuat,” kata Hendri menjelaskan.  

Meski Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia sedikit naik pada September 2024, kondisinya masih terkontraksi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, sektor manufaktur Indonesia membutuhkan dukungan regulasi agar dapat kembali ekspansif dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//