Pelemahan Rupiah Tak Menggoyahkan Bank, Namun NPL Merangkak Naik

Ilustrasi. (Dokumen Bank Indonesia)
Place your ads here

KORPORAT.COM, Jakarta - Industri perbankan tanah air masih berhadapan dengan potensi kenaikan kredit bermasalah (NPL) di tengah permintaan kredit yang cukup tinggi. Fakta ini tertuang dalam data Perkembangan Sektor Perbankan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Senin (13/5/2024).

Dalam data itu, kredit perbankan masih tumbuh tinggi atau mencapai 12,4% secara year on year menjadi Rp7.245 triliun. Di sisi lain, NPL net bank naik menjadi 0,77% dari periode sama 2023 sebesar 0,72%.

Meski begitu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menilai, kondisi permodalan bank masih relatif tinggi di level 26%. "Ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global," ujar Dian.

OJK Sisipkan Risiko Iklim dan Digital di Aturan Perbankan Terbaru

Bahkan, kata Dian, berdasarkan hasil stress test yang dilakukan OJK, kondisi volatilitas nilai tukar rupiah saat ini relatif tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap permodalan bank.

Hal itu terkait posisi devisa neto (PDN) perbankan Indonesia yang masih jauh di bawah threshold dan secara umum posisi PDN tercatat “long".

Dian juga mengungkapkan, likuiditas industri perbankan pada Maret 2024 memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 121,05% dan 27,18%. "Atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%," tuturnya.

Antisipasi Gejolak Geopolitik, OJK Rilis Aturan Penanganan Permasalahan Perbankan

Catatan tersebut merupakan hasil dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh positif. Sebagai informasi, per Maret 2024, DPK tercatat tumbuh sebesar 1,9% mtm atau meningkat sebesar 7,44% yoy menjadi Rp8.601 triliun.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//