Perubahan Iklim Bisa Dongkrak Harga Coklat?

INFORMASI.COM, Jakarta – Perubahan iklim mengakibatkan suhu yang ekstrem. Kondisi ini turut merusak tanaman kakao di Afrika Barat sepanjang tahun lalu.
Panen kakao pun terdampak dan diperkirakan harga coklat pun bisa naik.
Dikutip dari Science Alert, Jumat (14/2/2025), para petani di negara seperti Pantai Gading, Ghana, Kamerun, dan Nigeria—yang menyuplai sekitar 70% produksi kakao dunia—menghadapi tantangan akibat suhu panas, penyakit tanaman, dan curah hujan yang tidak menentu. Produksi kakao yang menurun ini menyebabkan lonjakan harga kakao sebagai bahan utama pembuatan cokelat.
Menurut laporan dari kelompok penelitian Climate Central, pemanasan global yang disebabkan oleh pembakaran minyak, batu bara, dan gas metana membuat suhu tinggi semakin sering terjadi. Analisis data dari 44 wilayah penghasil kakao di Afrika Barat menunjukkan bahwa suhu di atas 32 derajat Celsius—yang tidak ideal bagi pertumbuhan kakao—menjadi lebih sering terjadi.
Perubahan Iklim Perburuk Gejala Alergi Serbuk Sari di DenmarkDalam satu dekade terakhir, perubahan iklim telah menyebabkan tambahan tiga minggu suhu ekstrem di Pantai Gading dan Ghana selama musim panen utama antara Oktober hingga Maret. Tahun lalu, yang merupakan tahun terpanas dalam catatan sejarah, suhu di atas 32 derajat terjadi selama setidaknya 42 hari di dua pertiga wilayah yang diteliti.
Suhu panas yang berlebihan ini berdampak buruk pada jumlah dan kualitas hasil panen kakao. Selain itu, faktor lain seperti serangan hama, pola curah hujan yang tidak stabil, penyelundupan, dan pertambangan ilegal juga ikut memengaruhi produksi kakao dan harga cokelat di pasaran.
Penelitian dari Christian Aid mengungkapkan bahwa para petani kakao di Afrika Barat menghadapi kondisi cuaca yang semakin ekstrem, dari hujan lebat yang merusak panen di musim kemarau 2023 hingga kekeringan di 2024.
Direktur Kebijakan Christian Aid, Osai Ojigho, mengatakan bahwa budidaya kakao adalah mata pencaharian penting bagi banyak orang miskin di dunia. Perubahan iklim mengancam keberlanjutannya.
Komitmen Hadapi Perubahan Iklim, Prabowo Tegaskan Transisi Energi Baru TerbarukanGagal panen telah membuat harga kakao melonjak tajam sejak akhir 2023 di pasar London dan New York.
Pada Rabu lalu, harga kakao di New York melampaui US$10 ribu (Rp161,85 juta) per ton, meskipun masih di bawah puncaknya yang mencapai lebih dari US$12.500 (Rp212,31 juta) per ton pada Desember 2023. Padahal, selama beberapa dekade terakhir, harga kakao biasanya hanya berkisar antara US$2 ribu-US$3 ribu (Rp32,37 juta-Rp48,55 juta) per ton.
Akibat kenaikan harga ini, perusahaan cokelat ternama seperti Lindt & Spruengli telah mengumumkan akan menaikkan harga produk mereka lagi pada tahun ini untuk menutupi biaya bahan baku.
Menurut Narcisa Pricope, profesor di Mississippi State University, produksi kakao menghadapi ancaman besar akibat kondisi yang semakin kering di wilayah penghasilnya. Dia juga mengatakan bahwa lebih dari tiga perempat daratan di Bumi telah menjadi lebih kering dalam 30 tahun terakhir, dengan emisi gas rumah kaca sebagai penyebab utamanya.
(Penulis: Wafiq Azizah)